Kamis, 09 Desember 2010

Menu 15 : Sosok Seorang Pemimpin dan Team work

Kata pemimpin erat hubungannya dengan "leadership". Kepemimpinan telah digambarkan sebagai suatu proses yang mempunyai pengaruh sosial dimana seorang pemimpin bekerjasama dengan anggotanya dalam menyelesaikan suatu tugas utuk mencapai satu tujuan.

Siapa yang memimpin dan siapa yang dipimpin, adalah simulasi kehidupan. Manusia tidak akan bisa menalar, kemana dia berjalan setiap waktu, dan siapa yang memimpinnya untuk melakukan hal itu. "Seseorang bisa memimpin banyak orang tetapi tidak bisa mengatur (kehidupan) banyak orang". Waktu dan perjalanan akan memimpin di barisan depan pengikutnya adalah perbuatan dan sikap. Disinilah dibutuhkan sosok seorang pemimpin supaya semua anggotanya bisa terakomodasi dan bisa bekerjasama disetiap kegiatan yang berhubungan dengan orang banyak.

Ada 4 tipe seorang pemimpin :
1. Facilitative : - Kreatifitas tinggi
                          - Komitment dalam keputusan
    Seorang pemimpin yang memilikik tipe ini, lebih mengutamakan hubungan relationship sesama anggotanya daripada melakukan pekerjaan itu sendiri. Dengan kata lain pemimpin dengan tipe ini memberikan kepercayaan penuh kepada seluruh anggotanya untuk menyelesaikan semua tugas-tugas yang ada tanda ikut serta dari dirinya sendiri. Pada tipe ini sangat menjaga hubungan personalnya dengan para anggota, sehingga anggota tersebut merasa segan simpatis sama pemimpin tersebut.
2. Sistematic : -  Biasanya dipakai dalam suatu organisasi yang memiliki anggota banyak
                        - Terikat pada aturan dan proses
                        - Pribadi inetaksi tidak diperlukan
    Pemimpin yang memiliki tipe ini terikat didalam aturan dan harus memutuskan suatu keputusan dengan semua anggotanya berpedoman dari aturan tersebut. Tipe ini seimbang antara hubungan relationsip dengan tugas yang dilakukan secara langsung oleh pemimpin tersebut.
3. Interactive : - Memiliki anggota yang ahli
                       - Pelatihan yang real dalam rapat
                       - Suasana cepat berganti
  Tipe pemimpin ini dibutuhkan suatu organisasi yang memiliki masalah yang compleks. Tipe ini sangat mengutamakan/menjaga hubungan personalnya dengan para anggota, selain itu dia juga tipe pekerjakeras. Sehingga selain mempercayakan segala urusan kepada anggotanya tipe ini juga turun tangan langsung untuk menyelesaikan urusan tersebut.
4. Directive : - Dituntut tekanan waktu
                     - Krisis manajemen
                     - Hirarki struktur organisasi
  Pada tipe pemimpin seperti ini lebih mengutamakan menyelesaikan langsung urusan tersebut daripada memberi kesempatan kepada anggotanya untuk menyelesaikannya terlebih dahulu, karna pada tipe ini dia menganggap anggotanya tidak memiliki kemampuan untuk menyelesaikan urusan tersebut, dam juga karena kurangnya hubungan interpersonal dengan anggotanya.

Team Work
Sekarang kita perbicara tentang team work, karna sosok seorang pemimpn sangat diperlukan dalam team work. team work disebut juga sutau bentuk kerja sama didalam tim, dan kata ini sangat populer dalam suatu manajemen organisasi. Didunia kesehatan teamwork juga sangat diperlukan, misalnya pada bencana alam, seorang dokter adalah sebagai leadernya dan waktu proses melahirkan yang menjadi leader dalam teamwork tersebut adalah seorang obsgyn.
Beberapa tipe dari teamwork :
1. Advice team : suatu tim yang bertugas untuk memperluas informasi yang merupakan keputusan dari seorang pemimpin
2. Production team : tim yang bertanggung jawab pada hari-hari kerja/ tanggung jawab langsung semua kegiatan yang ada pada tiap harinya (operations)
3. Project team : Tim yang bertugas untuk memecahkan suatu masalah dan menangani suatu issue pada periode tertentu
4. Action team : tim yang bertugas untuk menjalankan langsung aktiviti yang ada didalam organisasi tersebut

Referensi :
1. Lecture Note Mr. Aziz : Organization Communication and Skill of Communication
2. http://id.wikibooks.org/wiki/Pemimpin
3. Manual book block 4.2 : 2010


Rabu, 08 Desember 2010

Menu 14 : Syarat utama untuk menjadi seorang Manager => Skill Komunikasi

"Komunikasi adalah Transfer informasi beserta pemahamannya dari satu pihak ke pihak lain, melalui alat-alat berupa simbol-simbol yang penuh arti"

Beberapa kriteria yang ada didalam komunikasi :
1. Sender : Seseorang atau organisasi dengan sebuah pesan (penyalur pesan)
2. Pesan : Sesuatu/bahan yang akan disampaikan
3. Channel : Metode yang digunakan untuk penyampaian pesan tersebut (rapat, telepon, surat, e-mail)
4. Receiver : Target penerima pesan
5. Feedback : Respon atau tanggapan dari penerima pesan
6. Context : Situasi, keadaan, lingkungan atau culture yang berhubungan dalam penyampaian pesan tersebut


Leadership =Self confidence + Human Relationship + Communication skill 
 
Tingkatan Komunikasi :

1. Komunikasi intra-pribadi (Intrapersonal Communication)
komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang, berupa pengolahan informasi melalui pancaindra dan sistem syaraf.
Contoh : berpikir, merenung, menggambar, menulis sesuatu, dll.

2. Komunikasi antar-pribadi (Interpersonal Comunication)
komunikasi yang dilakukan secara langsung antara seseorang dengan orang lainnya, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non verbal.
Contoh : percakapan tatap muka, korespondensi, percakapan melalui telepon, dsbnya.
3. Komunikasi dalam kelompok (Group)
komunikasi yang berlangsung di antara suatu kelompok. Pada tingkatan ini, setiap individu yang terlibat masing-masing berkomunikasi sesuai dengan peran dan kedudukannya dalam kelompok. Pesan atau informasi yang disampaikan juga menyangkut kepentingan seluruh anggota kelompok, bukan bersifat pribadi.
Contoh : ngobrol-ngobrol antara ayah, ibu, dan anak dalam keluarga, diskusi guru dan murid di kelas tentang topik bahasan, dsbnya.

4. Komunikasi antar-kelompok/asosiasi (Association)
Komunikasi yang berlangsung antara suatu kelompok dengan kelompok lainnya. Jumlah pelaku yang terlibat boleh jadi hanya dua atau beberapa orang, tetapi masing-masing membawa peran dan kedudukannya sebagai wakil dari kelompok/asosiasinya masing-masing.
Komunikasi Organisasi (Organizational)
Komunikasi organisasi mencakup kegiatan komunikasi dalam suatu organisasi dan komunikasi antar organisasi.Bedanya dengan komunikasi kelompok adalah bahwa sifat organisasi organisasi lebih formal dan lebih mengutamakan prinsip-prinsip efisiensi dalam melakukan kegiatan komunikasinya. Contoh : Organisasi Kemasyarakatan
5. KomunikasiPublik/Sosial (Public/Social Communication)
Komunikasi publik adalah komunikasi antara seorang pembicara dengan sejumlah besar orang (khalayak). Yang tidak bisa dikenali satu persatu. Komunikasi demikian sering juga disebut pidato, ceramah atau kuliah (umum). Sedangkan Komunikasi sosial adalah suatu kegitan komunikasi yang lebih diarahkan kepada pencapaian suatu situasai integrasi sosial. Komunikasi sosial adalah sekaligus suatu proses sosialisasi. Melalui komunikasi sosial dicapailah suatu stabilitas sosial, tertib sosial, penerusan nilai-nilai lama dan baru yang diagungkan oleh masyarakat. Melalui komunikasi sosial kesadaran bermasyarakat dipupuk, dibina, diperluas.

Komunikasi Massa (Mass Communication)
6. Komunikasi dengan masyarakat secara luas (komunikasi Massa) 

Pada tingkatan ini kegiatan komunikasi ditujukan kepada masyarakat luas. Bentuk kegiatan komunikasinya dapat dilakukan melalui dua cara :Komunikasi massa Yaitu komunikasi melalui media massa seperti radio, surat kabar, TV, dsbnya.Langsung atau tanpa melalui media massa. Misalnya ceramah, atau pidato di lapangan terbuka. Sasarannya kelompok orang dalam jumlah yang besar, umumnya tidak dikenal.
7. Komunikasi internasional (International Communication)
Komunikasi internasional sebagai sebuah bidang kajian memfokuskan perhatian pada keseluruhan proses melalui mana data dan informasi mengalir melalui batas-batas negara. Subyek yang ditelaah bukanlah sekedar arus itu sendiri, melainkan juga struktur arus yang terbentuk, aktor-aktor yang terlibat di dalamnya, sarana yang digunakan, efek yang ditimbulkan, serta motivasi yang mendasarinya. Pendekatan yang digunakan bersifat makro, dengan aktor-aktor non-individual sebagai unit analisa, dan dekat dengan wilayah disiplin ilmu hubungan internasional atau ekonomi politik internasional.
Dalam perkembangannya, terdapat empat pendekatan dominan dalam disiplin komunikasi internasional: idealistic-humanistic, political proselytization, informasi sebagai kekuatan ekonomi, serta informasi sebagai kekuatan politik. Masing-masing pendekatan memiliki kekuatan dan kelebihannya sendiri-sendiri, sehingga mata kuliah ini tak akan menggunakan hanya salah satu pendekatan tersebut.


Alasan pentingnya komunikasi :
Transfer informasi penting
Menyediakan dasar penilaian pengetahuan seseorang
Menyampaikan ketertarikan dan kompetensi
Mengenali celah dalam pengetahuan sendiri 



Untuk keefektifitas dalam komunikasi kita harus mengenal aspek-aspek dalam komunikasi :
1. Openness : Keadaan yang memungkinkan ketersediaan informasi yang dapat diberikan dan didapat oleh penerima pesan, dengan keterbukaan komunikasi akan berjalan dengan lancar karna pemberi pesan dan penerima pesan akan lebih mudah untuk memahami pokok permasalahannya
2. Emphaty : Kemampuan untuk memahami keadaan/ perspektive dari orang lain, karna belum tentu orang melakukan kesalahan tersebut merupakan suatu unsur kesengajaan tetapi dengan alasan-alasan tertentu. Jadi jangan selalu menyamakan perspektive orang lain dengan perspektive kita
3. Supportiveness : Dalam melakukan interpersonal skill, setelah kita mengetahui keadaan dari lawan komunikasi, kita harus memberi dukungan kepada dia supaya kedepannya lebih baik dan mencoba menyesuaikan/memilih pilihan-pilihan yang kita anggap merupakan yang terbaik bagi kita dan lawan komunikasi tersebut
4. Positiveness : Menjaga pemikiran yang positif terhadap seseorang atau lingkungan, karna dengan selalu berfikir positif akan memberikan ide-ide yang memudahkan untuk pemecahan suatu masalah
5. Equality : Menganggap semua orang itu sama sehingga mendapatkan fasilitas yang sama pula. Kita harus berfikir setiap orang mempunya power-power yang besar, sehingga kekuatan-kekuatan tersebut jangan sampai terbelah tetapi harus digabungkan sehingga bisa memiliki pemikitran yang lebih baik kedepannya


Lingkungan Komunikasi
  • Komunikasi ke atas: menyampaikan ide, usulan, melapor dan minta pendapat atau persetujuan atasan
  • Komunikasi ke bawah: memberi perintah, menyampaikan informasi, memberikan kritik membangun, menilai hasil pekerjaan, menegur dan memuji
  • Komunikasi horizontal: koordinasi, memberi informasi dan minta pendapat
  • Komunikasi diagonal: antara bawahan dengan atasan yang bukan atasannya langsung
Aspek dalam komunikasi
  1. Mendengarkan : memberikan perhatian penuh terhadap keseluruhan isi komunikasi verbal seseorang, tanpa memikirkan apa yang kita katakan nantinya, apa yang kita butuhkan saat itu dan sebagainya.
  2. Menghindari distraksi: kurangi kebisingan, jangan memikirkan apa yang akan dikatakan, jangan memikirkan hal-hal lain
  3. Memberikan perhatian melalui: bahasa tubuh (gerakan badan, ekspresi/raut muka, postur, nada bicara), kontak pandangan mata, anggukan kepala
  4. Mendengar secara aktif , dapat dilakukan dengan jalan: tidak menginterupsi, memusatkan perhatian, mengungkapkan kembali dengan kalimat lain, menyimpulkan atau menyingkat inti ucapan, mengajukan pertanyaan terbuka, memperhatikan bahasa non verbal yang digunakan


Referensi :
1. Lecture Note Mr. Aziz, MPH : Communiation Skill
2. Arif, Faisal. Level Komunikasi. 2009
3. http://edratna.wordpress.com/2007/06/23/communication-skills/

Selasa, 07 Desember 2010

Menu 13 : Kematian juga punya Sertifikat

Sertifikat Kematian atau juga sering disebut Serifikat medis penyebab kematian adalah: dokumen yang dikeluarkan oleh seorang pejabat pemerintah seperti registrasi statistikn vital yang menyatakan tanggal, lokasi dan penyebab kematian.

Sejarah Registrasi Kematian di Indonesia
Registrasi kematian di Indonesia sudah dilaksanakan sejak zaman pemerintahan kolonial Belanda, yg didasarkan pada sejumlah Regeling Reglemen (Stbld 1849 No. 25, Stbld 1917 No. 130, Stbld 1920 No. 751, Stbld 1933 No. 75 dan Stbld 1941 No. 44). Registrasi kematian yg didasarkan pada Regeling Reglemen tsb, pada awalnya hanya diberlakukan bagi golongan masyarakat tertentu (orang Eropa. Tionghoa, Indonesia bangsawan dan Indonesia Nasrani), dengan tujuan memberikan pengakuan dan perlindungan hukum bagi kaula Belanda dan merupakan bagian dari tugas pemerintahan umum dlm rangka pembinaan ketentraman dan ketertiban.
Budaya dan orientasi penyelenggaraan registrasi kematian tsb berlanjut terus hingga Indonesia merdeka, dan terus walaupun telah diterbitkan Instruksi Presidium Kabinet Ampera No. 31/U/Int/XII/1966, Kepres No. 52 Tahun 1977 tentang Pendaftaran Penduduk dan Kepres No. 12 Tahun 1983 tentang Penataan dan Peningkatan Pembinaan Penyelenggaraan Catatan Sipil. UU No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan diterbitkan untuk mengganti Regeling Reglemen peninggalan kolonial Belanda yg sudah tidak sesuai dan sekaligus dimaksudkan untuk mereformasi kultur dlm penyelenggaraan Administrasi Kependudukan (termasuk Registrasi Kematian). Tidak hanya berorientasi pada penerbitan dokumen, tetapi juga membangun database kependudukan. Tidak hanya menunggu pelaporan (bersifat pasif), tetapi juga pada hal-hal tertentu wajib bersifat aktif.

Beberapa kegunaan dari Sertifikat Kematian :
1. untuk acara pemakaman
2. Pensiun
3. Asuransi
4. Warisan
5. Hutang piutang
6. Hukum
7. Statistik

Statistik kematian di Indonesia sangat memprihatinkan, karena :
1. Sebagai besar kematian di rumah (>60 persen)
2. Tidak ada catatan medis/ tidak memadai
3. Tidak adanya laporan kematian dari dinas kesehatan kabupatebn ke propinsi, dari dinas propinsi ke pusat
4. Laporan tidak terstandarisasi dengan baik
5. Laporan tidak memadai untuk tingkat nasional

Esensi Registrasi Kematian :
 Sbg wujud pengakuan negara atas status sipil dan status keperdataan seseorang.
 Memberikan bukti hukum peristiwa kematian seseorang.
 Mewujudkan tertib adminduk.
 Membangun database kependudukan yang akurat, mutahir dan reliable.
Permasalah Yang Dihadapi :
-tingkat partisipasi masyarakat yg masih belum memadai;
-manfaat Akta Kematian yg masih terbatas;
-belum ada sistem yg sinergis antar instansi terkait

Landasan Hukum
Landasan Hukum Sistem Registrasi Kematian
1.UU NO. 32 /2004 Tentang Pemerintah Daerah
2.UU NO. 23 /2006 Tentang Administrasi Kependudukan
3.PP NO. 37/2007 Tentang Pelaksanaan UU No. 23/2006 Tentang Administrasi Kependudukan
4.PP NO. 41/2007 Tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah
5.PERPRES NO.25/2008 Tentang Persyaratan dan Tatacara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.

Sanksi
Sanksi Administratif (Ps.90ayat1huruf f) :
"Setiappendudukdikenaisanksiadministratifberupadenda,apabilamelampauibataswaktupelaporankematian,palingbanyakRp.1juta.Sistem Registrasi"
Pasal 92 Ayat 1:
Dalam hal Pejabat pada Instansi Pelaksana melakukan tindakan atau sengaja melakukan tindakan yang memperlambat pengurusan Dokumen Kependudukan dalam batas waktu yang ditentukan dalam Undang-Undang ini dikenakan sanksi berupa denda paling banyakRp.10juta.

Persyaratan Pencatatan Kematian :
•Surat Pengantar RT/RW utk mendapatkan Surat Keterangan Kepala Desa/Lurah; dan/atau
•Keterangan kematian dari dokter/ paramedis.
•Penetapan PN, bagi yg tdk diketahui jenazahnya.
•Srt. Ket. Kepolisian, bagi yg tdk diketahui identitasnya

Tata Cara Pencatatan
 Pelapor mengisi dan menyerahkan formulir Pelaporan Kematian
dgn melampirkan persyaratan yang diperlukan kepada Petugas
Registrasi di Desa/Kelurahan untuk diteruskan kepada Instansi
Pelaksana.
 Pejabat Pencatatan Sipil mencatat pada Register Akta Kematian dan
menerbitkan Kutipan akta kematian.
 Instansi Pelaksana mencatat dan merekam dalam database
kependudukan.

Terakir, kita berbicara tentang Arah Kebijakan Pencatatan Kematian, sebagai berikut :
1.Peningkatan Partisipasi Dan Kesadaran Masyarakat
2.Profesionalisme Petugas Penyelenggara Dan Pelaksana Pencatatan Kematian
3.Akurasi Dan Validasi Data Pencatatan kematian Dapat Dipertanggung Jawabkan Kebenarannya
4.Pengamanan Dokumen Pencatatan Kematian
5.Persamaan Pelayanan Pencatatan Kematian
6.Penyederhanaan Pelayanan Pencatatan Sipil Yang Bersifat Proaktif
7.Meningkatkan Kerjasama dengan Instansi lain terkait


Referensi :
1. Lecture Note dr. Yudha Nurhantati : Death Certificate
2. http://en.wikipedia.org/wiki/Death_certificate
3. Direktorat Jenderal Administrasi Kependudukan Departemen Dalam Negeri : Sistem Registrasi Kematian di Indonesia

Senin, 06 Desember 2010

Menu 12 : Waspada Avian Flu

Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza jenis H5N1 pada unggas di konfirmasikan telah terjadi di Republik Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia dan Pakistan. Sumber virus diduga berasal dari migrasi burung dan transportasi unggas yang terinfeksi. 

Di Indonesia pada bulan Januari 2004 di laporkan adanya kasus kematian ayam ternak yang luar biasa (terutama di Bali, Botabek, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa Barat). Awalnya kematian tersebut disebabkan oleh karena virus new castle, namun konfirmasi terakhir oleh Departemen Pertanian disebabkan oleh virus flu burung (Avian influenza (AI)). Jumlah unggas yang mati akibat wabah penyakit flu burung di 10 propinsi di Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275 ekor (4,77%) dan yang paling tinggi jumlah kematiannya adalah propinsi Jawa Barat (1.541.427 ekor). Pada bulan Juli 2005,  penyakit flu burung telah merenggut tiga orang nyawa warga Tangerang Banten,  Hal ini didasarkan pada hasil pemeriksaan laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan Depkes
Jakarta dan laboratorium rujukan WHO. Terakhir dari laporan WHO pada tahun 2007, Di Indonesia dari 99 orang penderita dengan angka kematian sebanyak 79 orang, sehingga ini menjadi prioritas atau hokus utama kita untuk mencegah penyebaran virus tersebut supaya tidak memakan korban jiwa lagi.

Mengenali Virus Flu Burung
Virus influenza termasuk famili Orthomyxoviridae ("orto" = kelebihan air dan "myxa" = mucus). Orthomyxoviridae memiliki 3 tipe :
Influenza Tipe A : - Paling pathogenic pada manusia
                              - Penyebab utama dari Pandemic dan Edemic
                              - Memiliki 15 haemagglutinin (H) dan 9 Neuraminidase(N) yang telah diketahui
Influenza Tipe B : - Tidak menyebabkan infeksi berat
                              -  Tidak bisa dibedakan serotype-nya
Influenza Tipe C : - serologicalnya berbeda dari tipe A dan Tipe B

Jenis Protein di permukaan virus flu burung :
1. Hemagglutinin (H) : Membantu virus untuk masuk kedalam sel
                                   : Tipe A menular pada manusia, unggas dan babi
                                   : Tipe A mempunyai 20 sub-tipe yang berbeda
2. Neuraminidase (N)    : Membantu virus untuk keluar dari sel
                                       : Mempunyai 9 sub-tipe


Pertukaran Genetik pad Virus influenza tipe A :
  • Antigen drift : Antigen drift terjadi ketika gen yang mengenkripsi viral suface antigen, protein H dan protein N, mengalami mutasi ketika virus melakukan replikasi. Akumulasi dari mutasi ini berakibat pada perubahan secara signifikan pada surface protein, sehingga kapabilitas dari host antibody untuk menetraliasi virus tidak berfungsi. Faktanya banyak individu yang tetep terserang penyakit influenza walaupun sudah tervaksinasi.
  • Antigenic shift : Antigenic shift adalah proses di mana dua virus yang berbeda, yang berbeda host species pula, menginfeksi satu host secara bersamaan. Saat virus melakukan replikasi, kombinasi atau bersatunya kedua strain dari virus tersebut terjadi. Proses ini menghasilkan sifat pathogenic virus baru yang sulit untuk diprediksi.

Flu burung bisa menyebabkan Epidemi dan Pandemi. Epidemi adalah penyakit yang timbul sebagai kasus baru pada suatu populasi tertentu manusia, dalam suatu periode waktu tertentu, dengan laju yang melampaui laju "ekspektasi" (dugaan), yang didasarkan pada pengalaman mutakhir. Sedangkan Pandemi adalah : merupakan terjangkitnya penyakit menular pada banyak orang dalam daerah geografi yang luas.

Program Pencegahan
Melihat angka penderita dan angka kematian di Indonesia cukup besar, maka departemen dan kementrian kesehatan merancang beberapa program :
  • Melakukan Investigasi pada pekerja, penjual dan penjamah produk ayam di beberapa daerah KLB flu burung pada ayam  di Indonesia (untuk mengetahui infeksi flu burung pada manusia)
  • Melakukan monitoring secara ketat terhadap orang-orang yang pernah kontak dengan  orang yang diduga  terkena flu burung. hingga terlewati dua kali masa inkubasi yaitu 14 hari.
  • Menyiapkan 44 rumah sakit di seluruh Indonesia untuk menyiapkan ruangan observasi terhadap pasien yang dicurigai mengidap Avian Influenza. 
  • Memberlakukan kesiapsiagaan di daerah yang mempunyai resiko yaitu provinsi Jabar, DKI Jakarta dan Banten serta membentuk POSKO di Ditjen PP & PL dengan nomor telepon/fax: (021) 425 7125 
  • menginstruksikan kepada Gubernur pemerintah propinsi untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap kemungkinan terjangkitnya flu burung di wilayah masing-masing 
  • Meningkatkan upaya penyuluhan kesehatan masyarakat dan membangun jejaring kerja dengan berbagai pihak untuk edukasi terhadap masyarakat agar masyarakat tetap waspada dan tidak panik 
  • Meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan departemen pertanian dan pemerintah daerah dalam upaya penanggulangan flu burung 
  • mengumpulkan informasi yang meliputi aspek lingkungan dan faktor resiko untuk mencari kemungkinan sumber penularan oleh tim investigasi yang terdiri dari Depkes, Deptan dan WHO.


Referensi :
1. Lecture Note dr. Titik Nuryastuti : New Emergency Disease Avian Influenza
2. Badan Penelitian dan Pengembangan kesehatan DepKes RI
3. Muljono, M Iwan, dkk. Perencanaan Keberlangsungan Usaha dalam menghadapi Pandemi Influenza. 2009
4. http://id.wikipedia.org/wiki/Wabah
5. http://www.who.or.id/ind/php/faq_avian.php

Kamis, 02 Desember 2010

Menu 11 : Berbincang Tentang TRIASE

Triase Adalah : Proses mengatur prioritas pengelolaan korban yang jumlahnya banyak (Musibah Masal)

Musibah massal adalah setiap keadaan dimana jumlah pasien sakit atau cedera melebihi  kemampuan Sistem Gawat darurat lokal, regional atau nasional yang tersedia dalam memberikan perawatan adekuat secara cepat dalam usaha meminimalkan cedera atau kematian. Musibah massal mungkin disebabkan oleh ulah manusia atau alam. Keberhasilan pengelolaan musibah massal memerlukan perencanaan sistem pelayanan gawat darurat lokal, regional dan nasional, pemadam kebakaran, petugas  hukum dan pertahanan sipil. Kesiapan rumah sakit serta kesiapan pelayanan spesialistik juga harus disertakan dalam mempersiapkan perencanaan musibah massal.

Prinsip-Prinsip Triase :
1. Derajat Ancaman Jiwa akibat Cedera (ABCDE Pelayanan Korban Trauma)
Derajat ancaman jiwa akibat suatu cedera ditentukan dengan mempertimbangkan urutan prioritas pda survey primer tiap-tiap penderita dan menerapkan prinsip yang sama pada kelompok-kelompo penderita. Dengan sistem ini, penderita yang terancam jalan napas atau pernapasannya, lebih diprioritaskan daripada penderita yang terganggu sirkulasi atau neurologinya.

2. Beratnya Cedera
Beratnya cedera secara keseluruhan pada seorang penderita mungki bukan hanya berhubungan dengan tiap-tiap cedera, tetapi juga dengan beratnya cedera serta bagaimana respon penderita terhadap cederanya. Sebagai contoh : Fraktur pada suatu tulang mungkin prioritasnya rendah, tetapi bila disertai pendarahan hebat , maka tingkat prioritasnya pada proses triase akan meningkat

3. Kemungkinan Terselamatkan
penderita yang hebat cederanya atau paling terancam jiwanya tidak selalu mendudukki prioritas paling tertinggi pada skenario-skenario penderita yang jumlahnya banyak. Harus dipertimbangkan kemungkinan penderita akan bertahan hidup atau tidak. dalam sistem ini, penderita yang kecil kemungkinannya untuk hidup karena cederanya paling parah, sering dimasukkan ke priorotas rendah, dan ditolong setelah penderita yang dianggap lebih mungkin terselamatkan.
4. Sumber daya, termasuk kemampuan personell dan Peralatan
Penderita yang kebutuhannya melampui kapasitas sumber daya, mendapat prioritas rendah sampai kebutuhan sumber daya tersebut terpenuhi

5. Waktu, Jarak, Lingkungan
Cedera yang dapat dikelolah amat cepat, meskipun beratnya cedera tergolong ringan dan ancamannya terhadap jiwa mungkin mendapat prioritas tinggi karena pendeknya waktuyang diperlukan untuk mengatasi masalah yang telah teridentifikasi. Jarak perjalanan membawapenderita ketempat terapidefenitive dan faktor lingkungan yang lain juga perlu dipertimbangkan saat menentukan prioritas pengelolaan pada skenario-skenario penderita yang jumlahnya banyak.


Pendekatan yang dianjurkan untuk memprioritisasikan tindakan atas korban adalah yang dijumpai pada sistim METTAG. Prioritas tindakan dijelaskan sebagai :

Prioritas Nol (Hitam) : Pasien mati atau cedera fatal yang jelas dan tidak mungkin diresusitasi.

Prioritas Pertama (Merah) : Pasien cedera berat yang memerlukan tindakan dan transport segera (gagal nafas, cedera torako-abdominal, cedera kepala atau maksilo-fasial berat, shok atau perdarahan berat, luka bakar berat).

Prioritas Kedua (Kuning) : Pasien dengan cedera yang dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa dalam waktu dekat (cedera abdomen tanpa shok, cedera dada tanpa gangguan respirasi, fraktura mayor tanpa shok, cedera kepala atau tulang belakang leher, serta luka bakar ringan).

Prioritas Ketiga (Hijau) : Pasien degan cedera minor yang tidak membutuhkan stabilisasi segera (cedera jaringan lunak, fraktura dan dislokasi ekstremitas, cedera maksilo-fasial tanpa gangguan jalan nafas serta gawat darurat psikologis).

Referensi :
1. http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=7326388511232719863&postID=5516157320228441142
2. Note book : Triase. UGM. 2010

Rabu, 01 Desember 2010

Menu 10 : Nosocomial Infeksion (Pergi ke Rumah Sakit kok Tambah Sakit)

Infeksi nosokomial adalah suatu infeksi yang terjadi di rumah sakit atau infeksi oleh kuman yang dapat selama berada di rumah sakit. Bagi pasien yang dirawat di Rumah Sakit ini merupakan persoalan serius yang dapat menjadi penyebab langsung atau tidak langsung terhadap kematian pasien.

Suatu Infeksi dikatakan di dapat rumah sakit apa bila : 
1. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak didapatkan tanda-tanda klinik dari infeksi tersebut
2. Pada waktu penderita dirawat di rumah sakit tidak sedang dalam masa inkubasi dari infeksi tersebut
3. Tanda-tanda klinik tersesut baru timbul sekurang-kurangnya setelah 3 x 24 jam sejak dimulainya perawatan
4. Infeksi tersebut bukan merupakan sisa dari infeksi sebelumnya. 
5. Bila saat mulai dirawat di rumah sakit sudah terdapat tanda-tanda infeksi dan dapat dibuktikan infeksi tersebut didapat penderita ketika dirawat di rumah sakit yang sama pada waktu lalu, serta belum pernah dilaporkan sebagai infeksi nosokomial 



Cara penularan Infeksi Nosokomial :
1. Cross Infection (Infeksi Silang). Disebabkan oleh kuman yang didapat dari orang atau penderita lain di rumah sakit secara langsung atau tidak langsung. 
2. Self infection/Auto infection (Infeksi Sendiri) Disebabkan oleh kuman dari penderita itu sendiri yang berpindah tempat dari satu jaringan kejaringan lain.
3. Environmental infection (Infeksi Lingkungan). Disebabkan oleh kuman yang berasal dari benda atau bahan yang tidak bernyawa yang berada di lingkungan rumah sakit

Faktor-faktor yang saling mempengaruhi dan saling berhubungan disebut rantai infeksi dari Nosocomial Infeksion: 
1. Adanya mikroorganisme (Agent) yang infeksius mikroba penyebab infeksi dapat berupa bakteri, virus, jamur maupun parasit. Penyebab utama infeksi nosokomial biasanya bakteri dan virus dan kadanga-kadang jamur dan jarang oleh parasit. Peranannya dalam infeksi nosokomial tergantung antara lain dari patogenesis atau virulensi dan jumlahnya. 
2. Adanya portal of exit/pintu keluar. Portal of exit mikroba dari manusia biasanya melalui satu tempat, meskipun dapat juga dari beberapa tempat. Portal of exit yang utama adalah saluran pernapasan, daluran cerna dan saluran urogenitalia. 3. Adanya porta of entry / Pintu masuk Tempat masuknya kuman dapat melalui kulit, dinding mukosa, saluran cerna, saluran pernafasan dan saluran urogenitalia. Mikroba yang terinfesius dapat masuk ke saluran ceran melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi seperti: E.coli, Shigella. Mikroba penyebab rubella dan toxoplasmosis dapat masuk ke host melalui placenta. 
4. Terdapatnya cara penularan. Penularan atau transmission adalah perpindahan mikroba dari source ke host. Penyebaran dapat melalui kontak, lewat udara dan vektor. Cara penularan yang paling sering terjadi pada infeksi nosokomial adalah dengan cara kontak. Pada cara ini terdapat kontak antara korban dengan sumber infeksi baik secara langsung, tidak langsung maupun secara droplet infection. 
5. Penderita (host) yang rentan. Masuknya kuman kedalam tubuh penderita tidak selalu menyebabkan infeksi. Respon penderita terhadap mikroba dapat hanya infeksi subklinis sampai yang terhebat yaitu infeksi berat yang dapat menyebabkan kematian. Yang memegang peranan sangat penting adalah mekanisme pertahanan tubuh hostnya. Mekanisme pertahana tubuh secara non spesifik antara lain adalah kulit, dinding mukosa dan sekret, kelenjar-kelenjar tubuh. Mekanisme pertahanan tubuh yang spesifik timbul secara alamia atau bantuan , secara alamia timbul karena pernah mendapat penyakit tertentu, seperti poliomyelitis atau rubella. Imunitas buatan dapat timbul secara aktif karena mendapat vaksin dan pasif karena pemberian imuneglobulin (Serum yang mengandung antibodi). Lingkungan sangat mempengaruhi rantai infeksi sebagai contoh tindakan pembedahan di kamar operasi akan lebih kecil kemungkinan mendapatkan infeksi luka operasi dari pada dilakukan ditempat lain

Selain pembagian faktor-faktor diatas, infeksi nosokomial juga dipengaruhi oleh:
Faktor endogen adalah faktor yang ada didalam tubuh penderita sendiri antara lain umur, jenis kelamin, daya tahan tubuh dan kondisi lokal. 
Faktor eksogen adalah faktor dari luar tubuh penderita berupa lamanya penderita dirawat, kelompok yang merawat, lingkungan, peralatan tehnis medis yang dilakukan dan adanya benda asing dalam tubuh penderita yang berhubungan dengan udarah luar

Infeksi Nosocomial banyak terjadi pada :
1. Saluran infeksi kencing
2. Luka infeksi setelah pembedahan
3. Infeksi saluran napas nosocomial
4. Infeksi pada saat infus atau intravascular line

Upaya Pencegahan Infeksi Nosocomial :
1. Sebelum masuk rumah sakit 
    a. Pemerikasaan dengan pengobatan pasien untuk persiapan operasi agar  dilakukan sebelum pasien masuk/dirawat di rumah sakit. 
    b. Perbaikan keadaan pasien, misalnya gizi, penyakit DM. 
2. Sebelum operasi Pasien operasi dilakukan dengan benar sesuai dengan prosedur, misalnya pasien harus puasa, desinfeksi daerah operasi, klimas dan lain-lain. 
3.Pada wantu operasi 
    a. Semua petugas harus mematuhi peraturan kamar operasi. 
    b. Bekerja sesuai SOP (standar operating procedur) 
    c. Perhatikan wantu/lama operasi. 
4.Paska operasi Perhatikan perawatan alat-alat Bantu yang terpasang sesudah operasi seperti : kateter, infus, dan lain-lain


Referensi :
1. Lecture Note dr. Hera Nirwati : Nosocomial Infection
2. http://vandir1986.blogspot.com/2008/11/infeksi-nosokomial.html
3. Richard A. Harvey. Microbiology Second Edition. 2009

Menu 9 : Interprofesional Education Di dalam kedokteran

Perbedaan Interprofesional Education dan Uniprofesional Education

Interpersonal Education (Pembelajaran Interpersonal) adalah Pelajar dari berbagai macam profesional ilmu belajar sebagai satu tim. Mereka bekerjasama menggabungkan dan memodifikasi dari perbedaaan setiap profesi ilmu yang ada.

sedangkan Uniprofesional Education adalah  Semua pelajar profesional ini ajar berasal dari profesional atau disiplin ilmu yang sama. Mereka adalah ahli dari suatu spesifik ilmu pengetahuan dan hanya mendalami tentang ilmu tersebut.

Sebelum berpartisipasi didalam Pembelajaran interprofesional ini, semua pelajar harus mempunyai basic pengetahuan dan skill berhubungan dengan professional mereka sendiri dan harus mengetahui prinsip dan konsep dari setiap konstribusi disiplin ilmu dan familiar dengan basic bahasa dan pola fikir dari bermacam disiplin ilmu tersebut.
  
Penerapan Interpersonal Education di Ilmu Kesehatan
Di dalam ilmu kesehatan, Interprofesional Education adalah suatu bentuk kerjasama antara pelajar/mahasiswa dari tenaga kesehatan profesional dan tenaga kerja kesehatan yang berhubungan lainnya saling bekerja sama tentang konsep kepedulian kesehatan dan ketentuan mengenai layanan kesehatan untuk meningkatkan efektivitas dan layanan dari kesehatan tersebut.

Beberapa element yang diperlukan untuk Medukung kelancaran Interprofesional Education tersebut :
1. Kolaborasi
Kolaborasi merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk menggambarkan suatu hubungan kerja sama yang dilakukan pihak tertentu. sekian banyak pengertian dikemukakan dengan sudut pandang beragam, namun didasari prinsip yang sama yaitu mengenai kebersamaan, kerjasama, berbagi tugas, kesetaraan dan tanggung jawab. Didalam pembelaaran interprofesional kesehatan, kolaborasi sangat diperlukan untuk menyelesaikan masalah dalam ilmu kesehatan secara bersama sehingga mencapai satu tujuan.
2. Menghormati Komunikasi
Komunikasi adalah, proses pengiriman dan penerimaan informasi atau pesan antara dua orang atau lebih dengan cara yang efektif, sehingga pesan yang dimaksud dapat dimengerti. didalam pembelajaran interpersonal komunikasi berfungsi agar didalam pembelajaran tersebut terjalin hubungan saling membagi ilmu dan saling pengertian dalam tim tersebut
3. Penerapan ilmu dan skill
Pada pembelajaran interpersonal, setiap orang memiliki ilmu dan skill tergantung dari keahliannya. sehingga dalam hal ini smua harus menerapkan ilmu yang dimilikinya sehingga bisa saling melengkapi.
4. Pengalaman didalam interprofesonal skill
Pengalaman berperan penting didalam suatu kerja tim. Dengan adanya pengalaman akan memudahkan tenaga kerja tersebut menerapkan skillnya didalam tim tersebut, karna dengan pengalaman seseorang bisa belajar banyak dan menutupi kekurangan-kekurangan sebelumnya.

Referensi :
1. Lecture Note dr. Laksono : Interprofesional Edication
2. http://www.ipe.umn.edu/what/index.shtml
3. http://en.wikipedia.org/wiki/Interprofessional_education
4. http://www.docstoc.com/docs/6579452/KOLABORASI-DALAM-KEPERAWATAN